KLATEN - TMMD reguler 96 Kodim Klaten telah digulirkan selama satu bulan yaitu
TMT 03 Mei s.d. 01 Juni 2016 dengan sasaran di desa Panggang Kec.
Kemalang Kab. Klaten. Dalam kegiatan ini selain melibatkan TNI sebanyak
110 orang juga 65 warga untuk setiap hari dalam pengerjaannya. Seminggu
sudah berlalu, hasil nyata sudah tergelar dan dapat dinikmati oleh
masyarakat baik betonisasi, RTLH (Rehab Rumah Tidak Layak Huni),
jambanisasi dan rehab tempat ibadah yaitu masjid Al Jami' yang ada di
desa Panggang, Kec. Kemalang Kab. Klaten. Dari program ini ada beberapa
manfaat yang bisa dirasakan setelah satu minggu berlalu ini. (widi)
Majalah Asthagatra
Bersama Rakyat Membangun Bangsa
Letkol Inf Bayu Jagad, S.IP Dandim 0723/Klaten
Selamat dari Tsunami Berkat Loncat Pagar Kawat Berduri
Hj. Sri Hartini, SE Bupati Klaten
TMMD Reguler Ke – 96 TA. 2016 Oleh Kodim 0723/Klaten Sangat Membantu Percepatan Pembangunan di Klaten
Kamis, 23 Juni 2016
Selasa, 14 Juni 2016
Kebutuhan Sayuran Bagi Warga Pedesaan Bahkan Dipikirkan Komandan
KLATEN - Ada banyak kendala saat TNI Kodim Klaten, melaksanakan TMMD Reguler di Desa Panggang, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Diantaranya, minimnya ketersedaiaan air di desa tersebut, sementara selama TMMD ratusan prajurit tinggal bersama warga desa setempat, sehingga sehari-harinya akan membutuhkan air yang jumlahnya tidak sedikit. Belum lagi, di proyek betonisasi jalan juga membutuhkan air yang tidak sedikit pula.
Belum lagi kendala sulitnya mencari sinyal HP di Desa Panggang, sehingga menjadi kendala untuk koordinasi antara desa sasaran TMMD dengan Makodim Klaten. Tidak jarang, sejumlah anggota Pendim Klaten mengemukakan, mereka harus memakai kurir jika ingin melakukan koordinasi tertentu dengan Kodim Klaten yang jaraknya dengan Desa Panggang sekitar 17 Km.
Hanya saja tampaknya semua kendala itu dijadikan sebuah tantangan bagi Dandim 0723/Klaten, Letkol Inf. Bayu Jagat dan jajarannya untuk mensukseskan TMMD di Desa Panggang. Tidak saja di pelaksanaan proyek fisik dan non fisik, melainkan ada nilai lebih yang harus “dipancangakan” di sebuah desa di lereng Gunung Merapi itu, dibalik pelaksanaan TMMD Reguler ke-96.
Komandan Kodim 0723/Klaten, letkol Inf. Bayu Jagat lantas mencari peluang yang bisa dikembangkan di desa sasaran TMMD, sehingga ada nilai lebih. Adalah, Istri Kades Panggang, Ny. Sri Susilowati Msi, yang ternyata seorang tokoh yang memprakarsai tanaman Hidroponik di Kabupaten Klaten.
Selama ini Ny. Sri Susilowati telah sukses mengembangkan beberapa jenis tanaman yang tidak membutuhkan media tanah dan air yang banyak. Diantaranya, Selada, Kangkung, Tomat, Daun Mint dan sejumlah tanaman lainnya.
Dan inspirasi tanaman Hidroponik yang ada di Desa Panggang itulah oleh Dandim Bayu Jagat dinilai sebuah peluang yang harus digarap untuk menciptakan nilai tambah di arena TMMD Reguler ke -96.
‘’Tidak ada salahnya khan, saya memikirkan kebutuhan sayuran warga Desa Pangggang yang tahun ini menjadi desa sasaran TMMD Reguler ke-96 Kodim 0723/Klaten,’’ ungkapnya ketika ditemui disela-sela cek lapangan pelaksanaan TMMD komandonya. .
Perlu Didorong
Menurutnya, tanaman Hidroponik, di Desa Panggang, Kecamatan Kemalang yang telah diprakarsai oleh Ny. Sri Susilowati Msi, layak sangat perlu didorong pengembangannya. Mengingat di wilayah itu sulit ditemukan sumber air, dan itu yang mengakibatkan warga desa setempat selama ini sulit untuk mengembangkan bercocok tanam.
‘’Tanaman dimaksud bisa tumbuh dengan tidak memerlukan air yang banyak, sehingga sangat pas dikembangkan di Desa Panggang khususnya, dan di wilayah Kecamatan Kemalang pada umumnya,’ tandas Dandim Bayu Jagat.
Menurutnya, dengan pengembangan tanaman Hidroponik tersebut, akan dapat meringankan segi ekonomi masyarakat Desa Panggang khusunya di bidang pangan. Melihat potensi wilayah tersebut sangat sulit untuk bercocok tanam.
Gayung bersambut. Ny . Sri Susilowati Msi sendiri sudah lama berobsesi bahwa tanaman hirdropnik yang diprakarsainya itu, bisa dikembangkan untuk industri rumahan bagi semua warga Desa Panggang. Menurutnya, jika saja di setiap halaman rumah warga Panggang ada dibudayakan tanaman hidroponik, minimal kebutuhan sayuran harian masing-masing warga bisa terpenuhi. ‘’Sementara Pak Dandim Bayu Jagat juga bertekad untuk mendorongnya, kami akan sepakat sekali,’’ ungkapnya.
Sementara itu, potensi tanaman Hidronik yang diprakarsai oleh istri Kades Panggang, ternyata dipandang positif juga oleh sejumlah anggota Satgas TMMD Kodim Klaten. Dengan berbaurnya TNI dengan masyarakat memang diharapakan akan terjadi subsidi silang sebagai contoh Sistem Hidroponik tersebut.
Karena personel yang ditugaskan dalam program TMMD di Desa Panggang, adalah dari satuan Satuan tempur (Satpur) dan satuan Bantuan tempur (Satbanpur) yang mayoritas masih tinggal di Asrama, mereka berinisiatif untuk mempelajari tanaman hidroponik. Mereka merencanakan, adanya hidroponik bisa dimanfaatkan oleh para prajurit guna di implementasikan di satuan nanti. Hal ini cukup masuk akal, mengingat untuk lahan bercocok tanam di asrama juga sangat terbatas.
Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Di kalangan umum, istilah ini dikenal sebagai “bercocok tanam tanpa tanah”. Di sini termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih.
Dahulu, peneliti yang bekerja di laboratorium fisiologi tumbuhan sering bermain-main dengan air sebagai media tanam dengan tujuan uji coba bercocok tanam tanpa tanah. Sebagian orang menganggap metode itu sebagai aquakultur (bercocok tanam di dalam air). Uji coba tersebut ternyata berhasil dan patut diberi acungan jempol sehingga banyak ahli agronomi yang terus mengembangkan cara tersebut.
Pada perkembangan selanjutnya, media air diganti dengan media yang lebih praktis, efisien dan lebih produktif. Cara kedua ini lebih mendapat sambutan dibandingkan cara yang hanya menggunakan media air. Oleh karenanya, pada perkembangan selanjutnya, teknik itu disebut hidroponik. Hidroponik ini kemudian dikembangkan secara komersial.
Sejarah Hidroponik
Menurut literatur, bertanam secara hidroponik telah dimulai ribuan tahun yang lalu. Seperti diceritakan, ada taman gantung di Babilon dan taman terapung di Cina yang bisa disebut sebagai contoh Hidroponik. Di Mesir, India dan Cina, manusia purba sudah kerap menggunakan larutan pupuk organik untuk memupuk semangka, mentimun dan sayuran lainnya dalam bedengan pasir di tepi sungai.
Terakhir pada tahun 1936 istilah hidroponik lahir, istilah ini diberikan untuk hasil dari Dr. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA, berupa tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral hasil uji cobanya.
Sejak itu, hidroponik yang berarti hydros adalah air dan ponics untuk menyebut pengerjaan atau bercocok tanam, dinobatkan untuk menyebut segala aktivitas bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat tumbuhnya.
Gericke ini menjadi sensasi saat itu, foto dan riwayat kerjanya menjadi headline surat kabar, bahkan ia sempat dinobatkan menjadi orang berjasa abad 20. Sejak itu, hidroponik tidak lagi sebatas skala laboratorium, tetapi dengan teknik yang sederhana dapat diterapkan oleh siapa saja termasuk ibu rumah tangga. Jepang yang kalah dari sekutu dan tanahnya tandus akibat bom atom, pada tahun 1950 secara gencar menerapkan hidroponik. Kemudian negara lain seperti irak, Bahrain dan negara-negara penghasil minyak yang tanahnya berupa gurun pasir dan tandus pun ikut menerapkan hidroponik. (widi)
Belum lagi kendala sulitnya mencari sinyal HP di Desa Panggang, sehingga menjadi kendala untuk koordinasi antara desa sasaran TMMD dengan Makodim Klaten. Tidak jarang, sejumlah anggota Pendim Klaten mengemukakan, mereka harus memakai kurir jika ingin melakukan koordinasi tertentu dengan Kodim Klaten yang jaraknya dengan Desa Panggang sekitar 17 Km.
Hanya saja tampaknya semua kendala itu dijadikan sebuah tantangan bagi Dandim 0723/Klaten, Letkol Inf. Bayu Jagat dan jajarannya untuk mensukseskan TMMD di Desa Panggang. Tidak saja di pelaksanaan proyek fisik dan non fisik, melainkan ada nilai lebih yang harus “dipancangakan” di sebuah desa di lereng Gunung Merapi itu, dibalik pelaksanaan TMMD Reguler ke-96.
Komandan Kodim 0723/Klaten, letkol Inf. Bayu Jagat lantas mencari peluang yang bisa dikembangkan di desa sasaran TMMD, sehingga ada nilai lebih. Adalah, Istri Kades Panggang, Ny. Sri Susilowati Msi, yang ternyata seorang tokoh yang memprakarsai tanaman Hidroponik di Kabupaten Klaten.
Selama ini Ny. Sri Susilowati telah sukses mengembangkan beberapa jenis tanaman yang tidak membutuhkan media tanah dan air yang banyak. Diantaranya, Selada, Kangkung, Tomat, Daun Mint dan sejumlah tanaman lainnya.
Dan inspirasi tanaman Hidroponik yang ada di Desa Panggang itulah oleh Dandim Bayu Jagat dinilai sebuah peluang yang harus digarap untuk menciptakan nilai tambah di arena TMMD Reguler ke -96.
‘’Tidak ada salahnya khan, saya memikirkan kebutuhan sayuran warga Desa Pangggang yang tahun ini menjadi desa sasaran TMMD Reguler ke-96 Kodim 0723/Klaten,’’ ungkapnya ketika ditemui disela-sela cek lapangan pelaksanaan TMMD komandonya. .
Perlu Didorong
Menurutnya, tanaman Hidroponik, di Desa Panggang, Kecamatan Kemalang yang telah diprakarsai oleh Ny. Sri Susilowati Msi, layak sangat perlu didorong pengembangannya. Mengingat di wilayah itu sulit ditemukan sumber air, dan itu yang mengakibatkan warga desa setempat selama ini sulit untuk mengembangkan bercocok tanam.
‘’Tanaman dimaksud bisa tumbuh dengan tidak memerlukan air yang banyak, sehingga sangat pas dikembangkan di Desa Panggang khususnya, dan di wilayah Kecamatan Kemalang pada umumnya,’ tandas Dandim Bayu Jagat.
Menurutnya, dengan pengembangan tanaman Hidroponik tersebut, akan dapat meringankan segi ekonomi masyarakat Desa Panggang khusunya di bidang pangan. Melihat potensi wilayah tersebut sangat sulit untuk bercocok tanam.
Gayung bersambut. Ny . Sri Susilowati Msi sendiri sudah lama berobsesi bahwa tanaman hirdropnik yang diprakarsainya itu, bisa dikembangkan untuk industri rumahan bagi semua warga Desa Panggang. Menurutnya, jika saja di setiap halaman rumah warga Panggang ada dibudayakan tanaman hidroponik, minimal kebutuhan sayuran harian masing-masing warga bisa terpenuhi. ‘’Sementara Pak Dandim Bayu Jagat juga bertekad untuk mendorongnya, kami akan sepakat sekali,’’ ungkapnya.
Sementara itu, potensi tanaman Hidronik yang diprakarsai oleh istri Kades Panggang, ternyata dipandang positif juga oleh sejumlah anggota Satgas TMMD Kodim Klaten. Dengan berbaurnya TNI dengan masyarakat memang diharapakan akan terjadi subsidi silang sebagai contoh Sistem Hidroponik tersebut.
Karena personel yang ditugaskan dalam program TMMD di Desa Panggang, adalah dari satuan Satuan tempur (Satpur) dan satuan Bantuan tempur (Satbanpur) yang mayoritas masih tinggal di Asrama, mereka berinisiatif untuk mempelajari tanaman hidroponik. Mereka merencanakan, adanya hidroponik bisa dimanfaatkan oleh para prajurit guna di implementasikan di satuan nanti. Hal ini cukup masuk akal, mengingat untuk lahan bercocok tanam di asrama juga sangat terbatas.
Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Di kalangan umum, istilah ini dikenal sebagai “bercocok tanam tanpa tanah”. Di sini termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih.
Dahulu, peneliti yang bekerja di laboratorium fisiologi tumbuhan sering bermain-main dengan air sebagai media tanam dengan tujuan uji coba bercocok tanam tanpa tanah. Sebagian orang menganggap metode itu sebagai aquakultur (bercocok tanam di dalam air). Uji coba tersebut ternyata berhasil dan patut diberi acungan jempol sehingga banyak ahli agronomi yang terus mengembangkan cara tersebut.
Pada perkembangan selanjutnya, media air diganti dengan media yang lebih praktis, efisien dan lebih produktif. Cara kedua ini lebih mendapat sambutan dibandingkan cara yang hanya menggunakan media air. Oleh karenanya, pada perkembangan selanjutnya, teknik itu disebut hidroponik. Hidroponik ini kemudian dikembangkan secara komersial.
Sejarah Hidroponik
Menurut literatur, bertanam secara hidroponik telah dimulai ribuan tahun yang lalu. Seperti diceritakan, ada taman gantung di Babilon dan taman terapung di Cina yang bisa disebut sebagai contoh Hidroponik. Di Mesir, India dan Cina, manusia purba sudah kerap menggunakan larutan pupuk organik untuk memupuk semangka, mentimun dan sayuran lainnya dalam bedengan pasir di tepi sungai.
Terakhir pada tahun 1936 istilah hidroponik lahir, istilah ini diberikan untuk hasil dari Dr. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA, berupa tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral hasil uji cobanya.
Sejak itu, hidroponik yang berarti hydros adalah air dan ponics untuk menyebut pengerjaan atau bercocok tanam, dinobatkan untuk menyebut segala aktivitas bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat tumbuhnya.
Gericke ini menjadi sensasi saat itu, foto dan riwayat kerjanya menjadi headline surat kabar, bahkan ia sempat dinobatkan menjadi orang berjasa abad 20. Sejak itu, hidroponik tidak lagi sebatas skala laboratorium, tetapi dengan teknik yang sederhana dapat diterapkan oleh siapa saja termasuk ibu rumah tangga. Jepang yang kalah dari sekutu dan tanahnya tandus akibat bom atom, pada tahun 1950 secara gencar menerapkan hidroponik. Kemudian negara lain seperti irak, Bahrain dan negara-negara penghasil minyak yang tanahnya berupa gurun pasir dan tandus pun ikut menerapkan hidroponik. (widi)
Menjaga Hasil TMMD
KLATEN - Banyak pihak yang berpesan hendaknya, pasca TMMD Reguler ke- 96
tahun 2016 Kodim 0723/Klaten, di Desa panggang, Kecamatan Kemalang ,
semua hasil pembangunan fisik hendaknya tetap terpelihara. Hal itu
dimaksudnya supaya hil karya TNI bersama warga tersebut lebih lama masa
pakainya. Terhadap pesan dan harapan tersebut, Danramil 13 Kemalang,
Kapten Inf. Jatmiko, telah memeprsiapkan “jurus khusus”, untuk menjaga
kemanunggalan antara TNI danwarga yang telah terbina selama TMMD.
Termasuk semangat gotong royong yang semakin kental. Dikemukakan, untuk
pemeliharaan dan pembersihan lingkungan desa, pihaknya me rencanakan
akan menggelar senam bersama dilanjutkan kerja bakti di minggu ke -2
setiap bulannya. ‘’Kami akan melaksanakan kegiatan gotong royong per
dukuh. Saya akan perintahkan Babinsa Desa Panggang untuk selalu
memonitor di wilayah binaannya khususnya kegiatan gotong royong,’’
tandas Danramil Jatmiko. (widi)
Efek Proyek Jambanisas, Warga Lebih Sehat
KLATEN - Dampak proyek fisik TMMD Reguler ke-96 Kodim 0723/?Klaten kini
benar-benar dirasakan oleh warga Desa Panggang, Kecamatan Kemalang. Jika
proyek fisik prioritas, yakni betonisasi jalan, keseluruhan warga
Panggang merasakan dampak posiitifnya, bahwa warga disekitarnya, karena
kelak jalan itu bisa digunakan untuk jalur evakuasi jika sewaktu-waktu
Gunung Merapi alami erupsi. Sementara itu untuk proyek fisik lainnya,
yakni pembuatan jamban bagi keluarga kurang mampu di Desa Panggang yang
selama ini belum mempunyai jamban, benar-benar dirasakan langsung oleh
warga penerima. Tidak bagi penerima program jambanisasi dari TNI Kodim
Klaten saja, melainkan lingkungan secara umum, terutama di Desa Panggang
juga sangat diuntungkan. Karena, dengan program jambanisasi bagi
sejumlah warga di Panggang itu, otomatis akan mengubah pola hidup sehat
lingkungan.(widi)
Penyuluhan Non Fisik Agar Bisa Diterapkan Warga
KLATEN - Sekretaris Kecamatan Kemalang, Harjoko ST.MT berharap dalam
atas diberikan sejumlah penyuluhan di program non fisik TMMD Kodim
0723/Klaten. ‘’Kalau di program fisik jelas kami menghimbau agar warga
merawat, tetapi di prgram non fisik, yakni berupa penyuluhan berbagai
bidang, harapan saya semoga masyarakat bisa menrapkan di kehidupan
sehari-hari,’’ ungkap Harjoko. Dia mengemukakan, di prohram non fisik
TMMD Kodim Klaten, telah dilakukan berbagai penyuluhan dengan
menggandenga beberapa pihak. Mulaid ari Polres Klaten, Kemenag, Bapernas
dan sejumlah pihak lain.
‘’Dengan peyuluhan-penyuluhan itu, berbagai ilmu telah diperoleh oleh masyarakat Desa Panggang dan sekitarnya. Mudah-mudahan semua ilmu itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,’’ harap Sekcam Harjoko ST.MT. (widi)
‘’Dengan peyuluhan-penyuluhan itu, berbagai ilmu telah diperoleh oleh masyarakat Desa Panggang dan sekitarnya. Mudah-mudahan semua ilmu itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,’’ harap Sekcam Harjoko ST.MT. (widi)
Kerukunan Warga Desa Panggang Patut Diapresiasi
KLATEN - Jajaran TNI Kodim 0723 Klaten mengapresiasi kerukunan
antar umat beragama di Desa Panggang yang terjalin begiu baik. Untuk itu
diharapkan, hal itu dipertahankan bahkan di tingkatkan. Menurut,
Sunarso Sag, pejabat di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Klaten beberapa waktu yang lalu memberikan pencerahan kepada warga
desa Panggang tentang membangun ketahanan keluarga melalui Agama.,
kerukunan umat beragama di desa Panggang selama ini sangat baik dan
menjujung tinggi toleransi. Dijelaskan, warga desa panggang mayoritas
beragama Islam, bahkan warga yang beragama Kristen dan Khatolik hanya 11
orang. Namun demikian Masing-masing umat beragama Islam yang mayoritas
bisa menghormati yang minoritas yaitu Kristen dan Katolik. Hal tersebut
bisa dilihat saat ada kegiatan hari -hari besar agama, masing-masing
umat atau warga saling membantu dalam pelaksanaanya. Kondisi kerukunan
umat beragama yang kondusif ini juga dibenarkan oleh tokoh umat Islam
desa Panggang, Karno dan tokoh umat Nasrani, Fx Sunarso Spd. Dalam
pelaksanaan TMMD Reg 96 Kodim 0723/Klaten, Sunarso Sag juga memberkan
apresiasi, karena tidak hanya sasaran phisik saja yang ditonjolkan,
melainkan juga sasaran non Diisik juga dilaksanakan. Contohnya, dari
Kementrian Agama Kabupaten Klaten juga diberi kesempatan untuk memberi
pencerahan di bidang agama kepada warga desa Panggang. (Widi)